Sabtu, 31 Desember 2011

Muhasabah akhir tahun

0 komentar
       Tahun baru? kembang api? seneng-seneng? main bareng temen sampe larut malem?
esensi yang sebenarnya dari tahun baru itu apa sih? mencoba flash back setahun terakhir ini apa yang aku lakukan sudah baik? tentu masih sangat jauh dari kata itu...
malam ini tinggal beberapa menit kadepan tahun 2011 tertutup rapi, kulihat teman-temanku sangat menikmati momen ini mereka terlihat bahagia dengan pesta kecil-kecilan di asrama kami walau hanya dengan bakar jagung dan ditemani suara merdu artis ibukota dari kotak ajaib. tak ada kembang api disini, tetapi karena halaman asrama yang terbuka kita bisa dengan leluasa menikmati kembang api yang di nyalakan entah siapa di luar sana. tak ada satupun gurat sendu diantara mereka, semua tertawa lepas... berdendang dan sesekali menggoyang tubuh gesit mereka, bahagia... setidaknya itu yang mereka rasakan.
      Sedang aku sendiri? aku disini di depan kamar 14 laptop di kanan kiriku, yaa laptop yang ditinggal pemiliknya untuk sekedar kongko-kongko bersama, aku terpaku pada layar laptop mencoba menggerakan jari dengan backsound suara teman-teman yang menirukan lagunya ungu di kotak ajaib, mencoba menggoreskan apa yang telah aku dapatkan setahun belakang ini, apa yang telah aku lakukan, kesalahan apa, kebaikan apa...
      Tahun baru masehi? boleh nggak si dirayain? "boleh-boleh aja kali" begitulah tanggapan sebagian orang, ada juga yang bilang "ya harus dong, tahun baru itu buat seneng-seneng kali, buat pesta" ada juga yang bilang seperti itu, begitu banyak persepsi orang dalam mengartikan tahun baru. bagiku tahun baru merupakan suatu kekhawatiran yang mengganjal di hati, entahlah aku pikir apa yang uda aku lakuin setahun belakang masih sangat jauh dari kata baik, masih banyak yang perlu di benahi, kontrol diri, managemen waktu, finansial, pendidikan, ibadah....
      Tahun baru, awal baru untuk memulai menoreh tinta penuh warna, tentu harapan setiap orang tahun ini bisa jauh lebih baik dari tahun sebelumnya.
      flashback : tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit, dan detik bagiku begitu singkat untuk tahun ini, begitu banyak peristiwa yang merubah diriku, entahlah mendewasakanku atau malah sebaliknya, tahun ini merupakan tahun yang bersejarah untukku, aku menempuh ujian SMA tahun ini, aku masuk perguruan tinggi tahun ini, yaa masuk perguruan tinggi dengan perjuangan yang tak mudah, kecewa, sedih, ragu, down, ceria, bahagia, hampir semua mood mampir di benakku. itulah yang membuatku banyak belajar sedikit demi sedikit, lamat-lamat, pelan dan beruntun. aku masuk perguruan tinggi dan tentu aku bertemu dengan teman-teman baru... yah seperti mereka contohnya, mereka yang sedang bersenag-senang, bersenandung ria bersama saat tiba detik-detik pergantian tahun.
    sudah tiba yaaa detik ini sudah berganti tahun, dari 2011 yang penuh coretan ke 2012 lembaran putih yang baru, semua bersorak.... meski kita tak punya kembang api, kita bisa menikmatinya karena di seluruh penjuru kota ini, kota pendidikan, kota gudeg, kota unggah ungguh... riuh suara letupan semakin membahana, menyisakan percikan indah di angkasa... apakah ini awal yang indah? semogaa... hanya bisa berharap, berusaha dan terus berusaha...
     kurasa semua begitu sesak ketika ku ingat hal buruk yang tak pantas aku lakukan tahun lalu, kini semua seolah lahir kembali, akankah semua menjadi lebih baik? sebenarnya itu suatu keharusan, ada banyak hal yang perlu di benahi, apapun namanya sudah seharusnya aku membayar apa yang telah aku lakukan yang tentu sudah sangat banyak mengubah hidupku, entah yang membuatku semakin tak teratur ataupun yang perlu aku pertahankan dan aku tingkatkan.
    kekhawatiran itu menusuk merayap mengalir bersama darahku ke seluruh penjuru tubuh dan fikirku, kekhawatiran akan kemungkinan mendatang, tetapi apa aku hanya diam? malas? mengeluh? dll? tentu TIDAK, aku harus bisa merubah apapun yang buruk menjadi lebih baik, apa yang kurang menjadi lebih, apa yang minimal menjadi maksimal, apa yang tidak menjadi iya.
    tahun ini harus menjadi revolusi kehidupan untuk menjadi yang lebih baik....
    sebenarnya ada sedikit kesalahan, kenapa malah justru tahun baru masehi yang di rayakan dengan semeriah ini? sedang tahun baru hijriah sunyi.... bahkan tak ada kembang api yang meluncur du udara, tak ada pesta, tak ada senang-senang , bukankah justru itu tahun kita???

kepada mereka di luar sana yang melemparkan percikan di angkasa
kepada mereka diluar sana yang menghambur uang dengan sis-sia
apa tak pernah terfikir bahwa semua itu fana
ya fana...
tanpa ada tekad untuk merubah makna
semua terlihat biasa saja
tak ada makna jiwa
penutup buku tahun ini
jadikanlah semua berarti
berarti jauh....
menerobos masa penuh bahagia
yakin bahwa semua akan indah jika kita terus berjibaku memaknai hidup
hidup yang penuh perjuangan
karena berjuang kita akan menang
MAN JADDA WAJADA :)

#poem part 12

0 komentar
Jika aku harus memilih
Haruskah aku meninggalkan daffodil yang hampir layu?
Atau pohon-pohon cemara yang terus menerus merengek kepadaku?
Aku tak bisa
Membiarkan angin hampa menangis mengadu pada langit
Menyalahkan sulur kuning yang mulai menjalari pagar batu
Ini semua terlalu berharga
Hatiku luruh diterpa atmosfer biru
Jika aku harus memilih
Biarkan aku tetap tinggal
Merebahkan tubuhku di rumput basah
Menikmati aroma daisy di sisi jiwaku
Melawan waktu menemani sendu

#poem part 11

0 komentar
Apakah aku buang, apakah ku hancurkan atau ku kubur saja...
Tidak....
Akan ku simpan saja...
Tidak....
Lebih baik ku ajak ia berlari
Bersenda gurau menikmati senja ini
Hei... inikah bermimpi??
Adakah harapan kau bawa jalan-jalan
Tidak... tidak begitu maksudku..
Aku hanya ingin selalu bersama harapanku...
-Adi wibowo-

Rabu, 28 Desember 2011

#poem part 10

0 komentar
sahabat itu seperti sirius
seburuk apapun cuaca diatas sana
dia tetap bercahaya
walau kadang mega kelabu menyapa
tapi dia tetap dengan dirinya
indah dan bercahaya
ketika badai menerpa
bukan tirta sendu yang tampak
tetapi seulas senyum yang mengembang
ketika kilat perih menyambar
bukan redup dirasa
tetapi tetap pada dirinya
indah...
bercahaya...

#poem part 9 (melihat biru)

0 komentar
Melihat biru, mendengar hijau
Gemercik air deras terasa di sungai itu
Nyanyian burung saling sahut
Kesejukan angin mengitari alam
Sepasang merpati putih bernostalgia
Lepas… bebas…
Suara seruling bambu merdu terdengar
Dari bocah duduk diatas punggung kerbau
Sementara kawan lain
Tawa riang mainkan air sungai
Lepas… bebas…
Mendengar biru, melihat hijau


-adi wibowo-

Kamis, 22 Desember 2011

coretan kusam untuk ibu

0 komentar
untuk wanita yang telah melahirkanku ke dunia
sungguh aku bukan anak yang baik
tetapi aku berusaha untuk itu
sungguh aku bukan anak yang menurut
tetapi aku terus berusaha untuk itu

wahai bunda yang selalu terjaga
sungguh diri ini tak pantas atas doa yang selalu kau pajatkan
sedang aku selalu saja mengecewakanmu
aku tahu bahwa aku sering kali melukai hatimu
tetapi aku pura-pura tak tahu 
dan seolah-olah semua adalah salahmu
maafkan aku,
sungguh kata yang tak akan pernah cukup

aku ingat ketika kau menangis disaat melihatku sakit
menggendongku, memelukku, menenangkanku
guratan kekhawatiran itu selalu tergantung di wajah teduhmu
bahkan butiran itu begitu deras

sungguh aku mencintaimu karena Alloh
aku ingin memelukmu, bersimpuh
menghapus gundah bersamamu
mematri setiap detik yang begitu berharga
bersamamu

kau tahu, yang kurindu darimu?
kau selalu meminta maaf atas salah yang ku perbuat
bukankah seharusnya aku?
sungguh aku merindu...

ibu..
kau wanita perkasa yang pernah aku temui
kau rela tejaga dini hari
menyapa air
menyapa api
menyapa dingin
menyapa berat
menyapa senyum zuhara
sering kali kau masuk angin
seringkali kau sakit
seringkali kau tertusuk
tangan kuatmu telah kebal akan panas
tangan kuatmu mengeras karena bekeja
dan itu untukku...
sedang aku??
tinggal meminta tanpa memikirkanmu
tinggal merengek memaksa

maafkan aku ibu...
sungguh aku mencintaumu karena Alloh
tak ingin aku mengecewakanmu
tak ingin aku melihatmu menangis
tak ingin...

aku tahu kau selalu merindukan aku
aku tahu kau selalu menghawatirkan aku
aku tahu itu....

maafkan aku ibu...
tunggu aku, aku akan datang padamu dengan sejuta bahagia..
pasti....

seribu duniapun takkan pernah cukup
seluas jagad raya pun tak kan penah cukup
kasihmu tak tebatas.....

aku mencintaimu karena Alloh ibu...
sungguh aku mencintaimu...

untuk ibuku di rumah
ibu yang kuat
ibu yang lembut
ibu yang paling cantik
Ruminingsih
cintamulah yang membuatku bertahan
sungguh aku merindukanmu
selamat hari ibu

Rabu, 21 Desember 2011

puisi untuk sahabatku ririn khozaimah

0 komentar
Jika kau bertanya apa yang ku rasa kawan
Coba tanyakan pada bayu yang menyibak lembut pucuk akasia
Apa?
Dia bisu? Dia diam? Dia tak mau menjawab?
Oooh aku tahu kawan
Dia pilu
Coba kau lihat, daunnya layu terbawa bayu
Terbang menembus utopia tak berujung
Meninggalkan tangkainya yang kian rapuh
Tapi kali ini hatiku tak bicara tentang akasia
Tak bicara tentang daunnya
Hatiku bicara tentang sekuntum bunga wijaya kusuma
Bunga yang mekar mahkotanya ditunggu-tunggu
Bunga yang mekarnya menghadirkan makna
Manghadirkan senyuman
Itu kamu sahabatku
Aku bahagia mengenalmu

Selasa, 20 Desember 2011

Ya Allah aku jatuh cinta

0 komentar
Wahai akhi….
bila kau mencintai kami jagalah pandanganmu kepada kami
dengan menundukkan pandanganmu saat berjumpa dengan kami
karena kami takut akan siksaNya karena ketidak tahuan kami...

Wahai akhi…..
bila kau mencintai kami jagalah lisanmu kepada kami
dengan tak berbicara dengan kami bila tak ada perlunya
karena kami sungguh takut akan siksaNya karena ketidak tahuan kami...

Wahai akhi….
bila kau mencintai kami jagalah kami agar tetap menjaga izzah dan iffah kami
dengan menjauhkan dirimu dari kami
karena kami sangat takut akan siksaNya yang sangat pedih...

Wahai akhi……
bila kau mencintai kami dengan mengatas namakan Alloh
ikutilah syari’atNya dengan baik
bila tidak tanyakanlah oleh dirimu
benarkah kau mencintai kami karena Alloh bukan karena nafsu sesaat...

Wahai akhi….
bila kau benar-benar mencintai kami
khitbatlah kami dengan cara yang ma’ruf
yang dicintai Alloh dan RasulNya...

Wahai akhi…
janganlah kau mengikuti nafsumu
bila kau mencintai kami karena Alloh
jauhi kami dan jangan dekati kami
bila belum halal antara kami denganmu...

Wahai akhi…
janganlah kau nodai cintamu karena Alloh
dengan menatap kami dan berbicara dengan kami...

Wahai akhi…
sungguh kami berharap mendapatkan seseorang yang taat kepada Alloh
seseorang yang mampu menjaga kehormatan orang yang ia cintai
seseorang yang takut akan siksaan Alloh yang sangat pedih
seseorang yang dapat menjaga izzah dan iffahnya seorang wanita...

Wahai akhi…
kami meminta jauhi kami
karena telah jelas tembok pemisah
antara kami denganmu...

Wahai akhi….
kami minta jauhi kami
karena kami tak butuh cinta yang dilandasi nafsu
bukan dilandasi syari’at Alloh...

Wahai akhi…
kami minta jauhi kami
karena kami tak ingin terjatuh dalam lumpur dosa
karena cinta yang tak halal...

Wahai akhi…
maafkan kami karena kami berusaha tegas
tegas terhadap diri kami sendiri
dan terhadap dirimu...

Wahai akhi…
maafkan kami karena kami berusaha menegakkan syari’atNya
karena kami adalah muslimah dan akan menjadi guru
guru bagi anak-anak kami nantinya...

Wahai akhi…
maafkan kami karena kami mencintai agama kami
karena itu kami akan berusaha untuk mengikutinya
dan melaksanakannya dengan baik...
sumber : http://www.facebook.com/photo.php?fbid=314337621919973&set=pu.107428929277511&type=1&theater

Kamis, 15 Desember 2011

# poem part 8 (kosong)

0 komentar
Kosong tak berarti isi
Isi bukan berarti isi
Deras pikir mengalir
Debat isi bukan omong kosong
Tahu langkah tahu aturan
Kenapa jua ia pertahankan
Kalau saja duri-dui tidak bersih
Sudah mati saja suara itu
Namun, perjuangan bukan bearti kolot
Ia bersama pikiran yang maju
-Adi wibowo-

Rabu, 14 Desember 2011

#poem part 7

0 komentar
Ini bukan sajak
Tetapi hanya selarik kata jiwa yang berirama
Ini bukan puisi
Tetapi hanya kesah dari dalam sanubari
Aku bukan pematri hati
Bukan jua pembekas luka
Yang aku bisa hanya meminta
Meminta suara adil yang menggema
Bukan angin pada elang yang menjadikannya terbang
Tetapi cukup rumput pada tanah yang menjadikannya menawan

Minggu, 11 Desember 2011

#poem part 6

0 komentar
Lingkaran purnama
Teduh berbayang mega kelabu
Lihat...
Ketika mega melintasinya
Seberkas warna berbias...
Bagai borealis diujung utara
Mengibas kedamaian...
Kartika pun berduyun menjadi saksi
Jernih angkasa pekat oleh ratri
Menebar syahdu pada pijakan kaki..
-16 muharam-

Jumat, 09 Desember 2011

sajak-sajak purnama

0 komentar
malam jumat ditemani purnama yang hampir sempurna aku besama sahabat duduk di teras asrama, malam yang cerah. kami berdua berniat bersajakria untk melepas penat...
arie :
Ku Pergi
Tinggalkan tarian padi di senja jingga
Melambai lembut pada siluet santun di ujung jalan
Perinh..
Setidaknya itu yang kurasa
Ketika kelopak sederhana itu limpung dan terjatuh
Lunglai menyentuh oasis ditengah badai
Tak ada, tak kembali

Taqiya :
Bahkan ketika sorot ini menjadi sayu
Teduhpun tak kutemukan lagi
Bagaikan menjadi lembayung senja tanpa makna
Memandang gemrecik air mengguratkan senyumnya
Hingga aku tertunduk penuh tanda tanya
Mengapa semua ini terasa ganjil?
tak satupun arti yang kudapat dari semua ini
Dan aku masih saja bertanya

Arie :
Tak begitu...
Tak menentu...
Senyuman itu pasi..
Walau aku terus berjibaku memaknainya
Tapi bagaimanapun itu terlalu fana
Bagai batu yang terapung
Kemustahilan...
Begitupun sosokmu, hanya tersimpan pada utopia yang tak berujung
Terasa dekat tetapi sulit untuk mencapainya

Taqiya :
Dan pada akhirnya semua terasa hambar
Benar-benar menyusun sesak dalam bongkahan nuani
Ilalang menyemburatkan tawanya
Sakit yang tak berujung
Menyisakan sesal yang berkepanjangan
Sebenanya apa makna dari setitik perasaan ini??
Sampai kini aku masih bertanya dan entah sampai kapan
Akupun hanya mampu mengaunginya dalam untaian perjalanan panjang

Arie :
Setitik asa ini begitu abstrak untuk didefinisikan
Bahkan kadang kita kelimpungan mencarinya
Darimana datangnya, mengapa...
Tapi begitu saja hadir
Seperti jailangkung
hihihihi
Lho itu kuntilanak yaa??
(hehehe g ada inspirasi)

Taqiya :
Dan aku pun terdiam
Gumpalan tanda tanya bersemayam dalam jiwaku
Entah begitu berkecamuk ku rasa
Benar-benar semuanya terasa bagai buaian
Anganku tak mampu lagi menatap binar matanya
tak sanggup lagi mendengar sepatah katapun yang terucap dari bibir manisnya
meskipun batinku berontak tak rela melihatnya melangkah jauh
sejauh apa yang tak pernah sedikitpun bernaung di relung yang paling dalam
mngkin aku terlalu lemah...

Arie :
Tak mampu?
Bagaimana mungkin?
Bahkan dalam kejapan mata
Garis indah itu ditarik rembulan
Walau hanya setengah badan
Tetapi semua terwakili sudah
Kau pada rasamu
Aku pada rasaku
Bahkan tak sedikitpun aku tahu
Bahwa mungkin rasa kita sama
Bahwa senyum itu palsu
Bahwa cahaya teduh itu sebenarnya milikku
Hanya saja kau terlalu angkuh pada rasamu
Seperti borealis tertutup permadani kelabu
Tak tampak sosoknya yang indah

Taqiya :
Karena semuanya berada dalam satu titik yang berbeda
Semua hanya fatamorgana yang jauh dan teramat jauh
Tak mampu ku raih
Sekedar meaih bayanganpun menjadi keinginan berwujud asa
Kini hanya aku dan bayanganku yang setia temani jejak petualang hidupku
Biarkan dia pergi mengisi sebagian hidupnya dengan beragam arti
Yang akhirnya untuk dia, bukan untukku
Demi dia bukan demi aku
Hanya dia yang tahu
Dan kini senyumnya dalam benakku
Bukan dalam nyataku

Oleh : Arifiartiningsih & Taqiya Nur Fauziah

Kamis, 08 Desember 2011

#jika hidup

0 komentar

jika hidup hanya untuk dusta
apa guna
jika hidup hanya luka 
apa guna
rumputpun tahu gerak kita
dia saksi bisu
segala kenistaan wajah yang membanggakan
sungguh sayang
bak serigala berbulu domba
di hadapaNYA
apa yang akan kita katakan
apa yang akan kita jelaskan
jika hidup hanya untuk hal-hal yang menjatuhkan kita
sungguh nestapa
coba tanyakan pasda angin
yang berhembus bisu
mungkinkah kita akan tamukan jawabnya??

#Bintang

0 komentar
Kau muncul dikegelapan nan pekat
Kilaumu pancarkan keteguhan hati
Memberi harapan pada sebuah keinginan
Meskipun keinginan itu tak kunjung tercapai
Walaupun langit gelap akan awan hitam
Kau tetap memancarkan kilaumu dibaliknyau
Walaupun kau tak tampak
Tapi kau tetap ada
Kau selalu menemani dunia ini dengan senyuman
Tak ada gundah yang melanda
Jika melihat senyumanmu
Dikala pagi aku tersadar dari tidurku
Kau masih setia memancarkan kilaumu
Memberikan keyakinan akan suatu harap

Selasa, 06 Desember 2011

#poem part 5

0 komentar
Dalam derap langkahku
Teriring cahaya itu
Alunan merdu menyapaku
Bagai keajaiban kecil, kembali menghentak di denyut nadi cintaku
Sepi…
Seperti berapi…
Membakar alam sadarku
Sunyi…
Mengalir deras dilubuk hatiku
Ketika semua rasa menyatu
mengungatMU menjadi hal yang diutamakan
melebihi yang lain…
harapku…
semoga ridhaMU selalu mengiringi…
-adi wibowo-

butir cinta naya

0 komentar
            Aku merasakan kegelapan disekelilingku.. dimana ini ayah, bunda aku takut.. aku berusaha untuk meronta tapi tetap saja sepi dan selap mencekamku…
Aku ingin berlari sekuat tenagaku tapi aku tak menemukan jalan keluar.. aku menangis sejadi-jadinya..
“ya Alloh tolong aku….” Gumamku dengan bibir bergetar
Ketika aku mulai lengah karena merasa lelah aku melihat seberkas cahaya menghampiriku, apa ini? Tiba-tiba tubuhku terasa hangat dan nyaman.. ku merasakan sentuhan hangat ditanganku, dan perlahan aku melihat sebuah atap putih. kulihat sekelilingu… bunda ayah kenapa mereka disini? Kenapa bunda menangis? Kepalaku dipenuhi pertanyaan itu.. senyumku mengembang aku berusaha meraih keduanya ingin ku memeluknya tapi kenapa ini, apa yang sebenarnya terjadi? Badanku terasa berat aku tak mampu mengangkatnya.. air mataku pecah menjadi butiran halus dipipiku. ada apa ini? Kulihat ayah merangkul bunda dan berusaha menenangkannya..  bunda mendekatiku mencium dahiku dengan lembut dan senyum mengembang di sela air matanya.
“sayang kamu udah sadar? Alhamdulillah yah panggil dokter” bunda member isyarat pada ayah
            Apa dokter? Aku di rumah sakit? Ya Allah apa yang sebenernya tejadi dengan diriku? Aku dilemma dengan keadaanku
            “ bbbuund adda apa ini.. kenapa syifa ada ddi rrumah sakkit?” aku berusaha bertanya pada bunda yang masih membelai kepalaku yang terlilit sebuah kain putih apa kain putih? Apa yang terjadi dengan kepalaku? Aku semakin dihantui pertanyaan-pertanyaan itu.
            “sayang tiga hari yang lalu Alloh mengujimu, kamu mengalami kecelakaan bersama naya waktu pulang sekolah” kata bunda lembut
            Aku diam, naya? Siapa naya? Aku tak ingat sama sekali orang yang namanya naya apa dia temanku? Aku tak ingat, yang aku ingat ayah, bunda itu saja…
“ naya?? Siapa naya bunda..” tanyaku
 Bunda menunduk lalu menatapku lembut..
            “Naya itu sahabatmu nak..”
            Pembicaraan kami terpotong oleh suara langkah menuju kamarku.. ayah bersama seorang wanita berjas putih dan berjilbab ungu cantik, wajahnya teduh… aku tersenyum simpul
            Lalu wanita itu mengeluarkan stethoscope dari dalam sakunya dan menempelkannya di dadaku lalu tersenyum lembut.
            “Alhamdulillah kemajuan yang sangat pesat” katanya singkat
            Senyum ayah dan bunda mengembang…
            ”ingatannya memang belum pulih tapi dalam waktu dekat 3 sampai 5 hari pasti segera pulih yang penting dari pihak keluarga mendukung untuk membantu memulihkan ingatannya” katanya ramah
            Dokter menjelaskan penyakit yang kuderita katanya si Cuma kena benturan yang agak keras jadi memori otakku ada yang hilang. Karena jatuhnya terlalu keras jadi badanku terasa sakit,Setelah itu beliau keluar kamar katanya ada pasien yang musti diperiksa, heeemh sibuknya tapi kalau aku lihat tak ada tanda kelelahan dalam raut mukanya itu, hebat sekali.
gh
          Kata dokter hari ini aku sudah boleh pulang kerumah, aduh senangnya ketika sampai di depan rumah sakit aku melihat seorang cewek seumuranku menunggu di dekat mobil sesekali angin menyibak jilbab cokelat yang dikenakannya, apa itu naya? dia tersenyum ramah padaku akupun membalasnya.
     “bund itu naya ya..” aku bertanya pada bunda.
     “iya, kamu sudah ingat? “ tanyanya.
     “Cuma nebak bun, kan kata bunda naya sahabatku jadi siapa lagi kalo bukan dia” kataku sambil tertawa kecil.
     Selama dua hari aku di rumah sakit bunda banyak bercerita tentang diriku, saudara-saudaraku, teman-temanku, sekolahku, beliau banyak bercerita tentang naya sahabat dekatku. Tapi semenjak aku dirumah sakit dia tidak datang kesini, kata bunda si dia sibuk banyak les.
     Ketika aku mendekat ke mobil dia berlari kecil dan memelukku erat aku agak canggung, sepertinya dia sangat menghawatirkanku.
     “syifa bagaimana keadaanmu? Sudah agak baikan kan?” tanyanya dengan nada khawatir.
     Aku manjawab pertanyaannya dengan anggukan dan tersenyum. Lalu dia menuntunku ke mobil dan duduk disebelahku, ayah memacu mobil dengan pelan di mobil naya lebih banyak bercerita, dan aku hanya banyak diam mendengarkannya, sesekali aku menanggapi perkataannya, dia bercerita tentang sekolah dan persahabatan kita.
     Tiga hari kemudian aku merasa lebih baik dan ingatanku mulai pulih akumasih aktif kontrol ke dokter setia sore, tiga hari ini naya yang menemaniku. Aku sudah ingat, aku ingat kita langganan ice cream di kedai biru, aku ingat naya paling suka ice cream rasa blueberry, aku sudah ingat semuanya, Alhamdulillah.
gh
            Hari ini aku sudah masuk sekolah, senang bisa bertemu teman-teman, mereka semua ternyata sudah merindukanku (hehehe PD), ternyata tanpa terasa aku sudah absen selama 2 munggu, banyak pelajaran yang musti aku kejar, naya selalu membantuku, dia manjelaskan materi yang tertinggal padaku, baik sekali dia. Sesekali sore hari pulang dari perpustakaan aku dan naya mampir ke kedai biru.bercanda, dia selalu membuatku tersenyum, kata-kata bijaknya selalu terngiang di telingaku.
            “sudah sore nih fa, pulang yuk” katanya sambil beranjak dari tampat duduknya
            Aku mengikutinya beranjak, dan hendak mengambil uang dari tasku.
            “ sudah pake punyaku aja, sekali-kali aku yang nraktir kamu.” Katanya sambil mencegah uluran tanganku.
            “Beneran nih….” Ledekku.
            “nggak mau yaudah…” candnya kembali muncul
            “ ok ok makasih yak tumben nih… banyak uang ya…” aku kembali meledeknya
            Dia hanya tersenyum tipis
            “mumpung lagi ada rejeki…” senyumnya mengembang
            Kami melangkahkan kaki dengan sederhana mengikuti irama angin yang lembut. Sampai akhirnya kami terpisah di pertigaan yang menjadi pemisah rumah kami.
            Sesampinya dirumah aku melihat ayah sibuk mengelap mobil kesayangannya dan bunda mengatur-ngatur jajaran pot bunga di teras.
            Setelah mengucap salam dan mencium tangan keduanya aku bergegas masuk kedalam.
            Keesokannya pagi-pagi buta getar handphone di mejaku membangunkanku, telefon? Nomernya tak dikenal. Aku mengangkatnya.
            “Assalamu’alaykum?” tanyaku pelan
            “hhaalo hallo wa’alaykumsalam bisa bicara dengan syifa?” suara di seberang sana tarasa gaduh tapi sepertinya suara seorang bapak-bapak itu mencoba mencari tampat yang lebih tenang.
            “iya saya seniri, maaf dengn siapa ya?” tanyaku
            “Ini gini mbak syifa jadi gini, saya pamannya naya, pagi ini jam 6 naya harus pergi ke kalimantan dan dia titip semacam apa itu apa…. Bingkisan ya bingkisan , jdi saran naya mbak syifa disuruh mengambilnya di kedaiii… “ tuuuuuttt tuuuuuttt suara terputus, aku diam membisu seribu bahasa ada apa ini apa aku mimpi? Aku mencubit lenganku, sakit.. aku tidak mimpi ada apa ini…aku berusaha menelfon kembali nomor tersebut tapi sudah tidak aktif, aku juga berusaha menghubungi naya tapi hal serupa yang ku dapatkan.
            “syifa?” tanya bunda mengagetkanku
            “ada apa kenapa lemas begitu?”
            Aku memeluk bunda erat-erat dan tak ingin melepaskannya.
            “ada apa sayang, apa yang terjadi??”
            “naya bunda.. naya mau pergi”
            “pergi kemana?? Bunda tak mengerti” beliau membelai lembut kepalaku.
“ke kalimantan, pagi ini jam 6…” aku berusaha mengusap air mata yang menetes membasahi pipiku.
Bunda melirik jam di meja belajarku.
            “baru setengah 5 pagi, kamu sholat subuh dulu, habis itu nanti jam 5 bunda suruh ayah mengantarmu ke rumah naya” bunda menghapus buliran tirta di pipiku. Aku hanya tersenyum padanya.
gh
Aku menyuruh ayah ngebut tapi ayah hanya tersenyum, dia mengemudikan mobil dengan penuh kewaspadaan. beliau mencoba menenangkanku, batinku berkecamuk mwronta ingin segera sampai di rumah naya, aku tak ingin berpisah dengan sahabat sebaik dia. Air mataku meleleh ketika kudapati rumah naya sudah tak berpenghuni, ayah memelukku mencoba menenangkanku.
“Sudah terlambat yah.. naya sudah pergi” kataku lesu
Ayah tersenyum tipis miris melihatku begini.
“jangn berlarut-larut begitu fa, Allah tidak akan menyukainya”
Aku berusaha tersenyum dan menghapus air mataku. Aku teringat pada telefon pagi tadi, katanya naya menitipkan sesuatu di kedai… pasti kedai biru, aku langsung menyuruh ayah mengantarku ke kedai itu, pelayan disana menyambutku dengan ramah.
“mbak syifa ya, sebentar tadi mbak naya kesini sekitar pukul 5 pagi katanya dia nitip ini buat mbak syifa.
Lalu dia mengulurkan sebuah kotak kecil warna ungu ke hadapanku. Warna ungu warna kesukaannya batinku bergeming.
Aku tak langsung membukanya, setelah berterima kasih aku dan ayah langsung pulang kerumah, aku langsung menuju kamarku dan membika kotak berbalut kertas ungu itu.sebuah bingkai foto berukuran 5x5 dan berisi foto aku dan dia sedang makan ice cream di kedai biru.. lalu secarik kertas warna ungu, aku mebukanya perlahan..
* untukmu sahabatku….
Assalamu’alaykum…
Aku tahu mungkin ini terlampau cepat untukku, untuk persahabatan kita, bunga yang dulu mekar kini telah dihisap kumbang dan layu.
Seperti itulah aku sekarang ini, siti nurbaya di zaman modern.
Bapak menjodohkanku dengan seorang saudagar dipulau seberang, aku sudah berusaha menolaknya tetapi kata bapak, orang yang ingin menikahiku memaksa untuk segera membawaku padanya, bapak tidak bisa mencegahnya, beliau diancam dan tidak boleh lapor kepada polisi, beliau terlilit hutang,



Hanya aku yang bisa menyelamatkannya fa, kalaupun aku menolak aku tetap akan menjadi korban, dia mengancam akan membunuhku, kamu jangan bersedih fa, Allah pasti selalu melindungiku, do’akan aku fa semoga aku baik2 saja, aku memang tak seberuntung kamu fa, selalu dalam kasih sayang ayah dan bundamu, kadang sungguh aku merasa iri,


Garis hidup kita memeng berbeda semua itu sudah tertulis dalam lauh mahfuzh, Allah punya rencana dibalik semua ini.

Hapus air matamu teman…
Naya nurlaila

Aku melipat lembaran kertas ungu itu,
Buliran itu meleleh dari pelupuk mataku, kasihan naya malang sekali nasib yang menimpanya,aku hanya bisa termangu mengharap Allah melindunginya, mataku tak mampu lagi menahan parih yang dia rasakan, aku mapu merasakannya.
Naya bersama air mataku ini aku ikut menipal apa yang sedang kamu rasakan, angin pum ikut merintih… sahabatku sayang sahabatku malang.
            “sekarang bunda sudah pernah bertemu lagi dengannya?” tanya raisya
            Aku menggelengkan kepala.
            “apa bunda tidak sedih?” dia kembali bertanya dengan polos. Dan aku kembali menggelengkan kepala.
            “kenapa harus sedih, bunda yakin Allah pasti melindunginya” kataku mantap. Senyumnya mengembang, aku membelai jilbab warna ungunya.
            “jadi tunggu apa lagi, raisya nggak mau dong kalau berpisah dengan billa tapi lagi marahan??” tanyaku.
            Dia menganggukan kepala dengan cepat. Dan berdiri, lalu memelukku erat.
            “makasih ya bund raisya mau minta maaf sama billa deh, raisya sayang billa”
            “nah gitu dong, itu baru anak bunda yang sholihah, minta maaf duluan bukan berarti kalah lho” senyumnya mengembang menyiratkan kepuasan dalam hatinya.
            Dia kembali memelukku, mencoba menceritakkan apa yang dia rasakan, raisya rumaisya putri partamaku yang sudah beranjak remaja.

# ilalang sendu

0 komentar
Jatuh cinta……
            Mungkin ini yang sedang aku rasakan, ada selaksa rasa yang pelan-pelan menyusup dalam batinku, berpendar lalu memenuhi ruang rasaku…
            Aku sama sekali tak mengerti saat tiba-tiba aku merasa sangat indah saat aku ada didekatnya, jiwaku yang melelahpun terasa sirna.
            Ini yang pertama, cinta….
            Kuhirup angin senja padang rumput ialang ini, kurasa nyaman..
            Kupejamkan mata dan kurasakan keindahan disetiap hela nafas yang mengiringi alur massaku.
            “Alya..!”
            Aku langsung tahu ini suaranya, suara seseorang yang selama ini menjadi bintang dalam relung jiwaku.
            Aku menoleh dan menatapnya dalam. Seribu rasa menggayuti hatiku, sulit aku pahami satu persatu.
            Aku masih diam ditempatku, tanpa kusadari dia sudah berdiri di hadapanku. Dengan senyumnya yang lembut dia menyapaku.
            “Alya ….? Kenapa begitu? Nggak suka ya aku datang?”
            Aku menatapnya cepat ..
            “Bukan degitu kak.. kalau alya boleh jujur justru sebenarnya alya sangat bahagia kakak datang kesini… sudah satu minggu alya tidak bertemu kakak di kampus alya kangen kak Aldo”
            Kini gantian kak Aldo terdiam, bahkan tersenyum dan sekedar menatapkupun tidak.
            Aku jadi menyesal..
            Apa aku salah ngomong ??
            “sudahlah kita kesana saja..” suara kak aldo memecah keheningan diantara kami berdua. Kak aldo mengajaku berjalan menyusuri bunga-bunga rumput ini.
            Kami berdua berdiri bersama, menatap hamparan luas ialang yang kecoklatan dan terus menari mengikuti irana sang bayu.
            Ini memang tempat favoritku dan kak aldo, sejuk dan damai.
            “Alya.. ini untukmu…” aku tersentak dan menoleh kearah kak aldo. Dia menyodorkan setangkai bunga rumput, yaa bunga ialag, bunga yang sederhana.
            Aku tersenyum kecil
            “terimakasih kak.. ini indah..”
            “aku juga senang jika alya juga suka bunga ialang.. bunga ialang ini bunga tercantik yang pernah aku lihat selama ini. Walaupun bentuknya sederhana.. tapi ini yang aku suka, kecantikan dari dalam..”
            Aku terdiam menatap bunga yang bergoyang lembut dihadapanku, hanya bunga berduri lembut dan berwarna putih panjang, kecantikan dari dalam…
            “Aku akan selalu menyimpan bunga ini.. dan aku berjanji akan selalu menjaga kebersamaan kita.. selamanya…” gumamku seolah pada diri sendiri.
            Kulihat dengan ujung mataku, kak aldo sedang menatapku dengan lembut
            Da berbisik lembut..
            “Tempat ini akan selalu ada alya, jangan pernah lupa ya, dan suatu saat aku berjanji bahwa kita akan bertemu kembali disini… “
            Aku tersenyum simpul mencoba mengaplikasikan kata-kata indah itu dalam otakku.
            “Kak aldo janji??”
            “Ya…. “ jawabnya lembut.
            Dan kami kembali tersenyum, menatap kembali hamparan rumput ialang ini…
            Inilah duniaku…
            Angin terus menyibak daun-daun bunga rumput, eksotik, indah…..menjadikannya seperti menari-nari dengan iringan angin senja.. indah…
            Aku melihat kak aldo dengan wajah tenangnya masih tenggelam dalam bayangannya sendiri, bayangan tentang keindahan, kebahagiaan…
˜d
            Kuharap ini adalah bukan hal terburuk yang aku alami dalam hidupku.
            Saat ini…..
            Tepat lurus didepanku, diruang tamu rumahku, di sudut sofa crem itu… kak aldo sedang membaca diary-ku, catatan tentang kisah dan rasa yang selama ini aku pendam darinya..
            Aldo kakak kelas dalam kampus yang telah berikrar denganku, ikrar sebuah persahabatan… sahabat yang kucintai..
            “Kak aldo…” suaraku bergetar gugup.
            Dia mengangkat wajah, menatapku dengan tenang berbeda sekali denganku yang sudah tak keruan, mungkin mukaku sudah seperti apel merah.
            “Kak aldo baca semuanya…” tanyaku pelan
            “Ya….”
            Dia terlihat sangat tenang.
            “Semua yang ku tulis di buku itu benar kak, aku memang mencintai kak aldo..” aku tertundduk
            “alya..”
            Suara itu membuatku mengangkat wajah.. kak aldo tersenyum
            “Aku tahu perasaan alya tapi, aku minta maaf.. bukanya aku tidak mencintai alya… tapi… aku memang tidak bisa menerima alya…”
            Mataku mengembun… berkaca-kaca
            “kenapa?” tanyaku pelan.
            “saat yang paling indah bagiku adalah, ketika menatap mata alya, dari sana seolah aku bisa mengetahui suasana hati alya, karena mata adalah jendela hati…”
            Aku tak peduli.
            “Kak aldo belum menjawab pertanyaanku tadi, kenapa…?” tanyaku dengan muka memelas.
            “Karena…. Ada yang sudah mengambil hatiku, sejak sebelum aku mengenal alya..”
            Aku bak disambar petir di siang bolong.
            “Ada yang lain…?” gumamku lirih.
            “Ya…” jawabnya tenang.
            Aku tertunduk seketika, aku merasakan satu-parsatu buliran air dari pelupuk mataku pecah membasahi pipiku.
            “Maaf alya… kamu jangan menangis, aku bukan segala-galanya” dia mencoba menenangkanku.
            “aku pulang dulu ya al, sekali lagi maafkan kak aldo ya….” Dia menatapku lembut
            Kak aldo bangkit dari sofa yang didudukinya, aku bangkit mengantarnya hingga sosoknya hilang dibawa sepeda motor hitamnya.
˜d
            Hari yang berat…
            Sangat berat…
            Aku harus melewatinya dengan tegar, pagi ini aku bertemu dengan kak aldo di taman kampus, aku merasa hancur, saat tanpa sengaja, mata kami bertemu… perih itu yang aku rasakan.
            Aku mencoba tenang, aku berpura-pura tak peduli, meski sakit ini masih ada.
            Tatapannya begitu lembut dan tak berujung, membuatku semakin perih, dan tanpa kata ku bergegas maninggalkan dia.
            Dan itu semua peristiwa tiga tahun yang lalu…
            Satu minggu yang lalu, aku menemaninya di rumah sakit, entah sakit apa yang sebenarnya dia derita, tapi yang kuingat adalah ketika ia mengeluh demam, dan kudengar dari keterangan dokter, dia terjangkit demam berdarah.
            Dan dua hari yang lalu dia pergi untuk selamanya, dokter bilang trombositnya semakin menurun, dan dia tidak bisa diselamatkan.
            Aldo….
            Lewat angin kusampaikan salam sapaku. Taukah kamu, bahwa bunga ialang itu juga ikut layu sejak kamu pergi, mereka menangis pilu, sendu…
            Aldo, ini adalah kali pertama aku jatuh cinta dan kali pertama aku patah hati…
            Kamu tahu?
            Sakit sekali, kehilangan yang kita cintai..
            Takdir kita memang indah, kak aldo…
            Berpisah tanpa bersatu, menyakitkan… karena kamu tak mencintaiku..
            Angin lihat air mataku ini… meleleh dan tanpa lelah menyirami hatiku yang gersang…
            Aku terus mengenangnya disini… akulah satu-satunya potongan mozaik yang menyaksikan betapa ialang-ialang itu juga ikut menangis mengiringi kepergian kak aldo, ku dengar suara mereka yang berbaur dengan angin, sendu….
            Aldo…
            Bahasa hatiku hanya kau yang tahu, senandungku tantang dirimu…
-end-
˜by desy luciana, di edit langsung oleh jejak alamanda

            

Minggu, 04 Desember 2011

#Friendship

0 komentar
Persahabatan
Dan jika berkata,
Berkatalah kepadaku tentang kebenaran persahabatan
Sahabat adalah kebutuhan jiwa yang mesti terpenuhi
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih
Dan kau panen dengan penuh rasa terimakasih
Dan dialah naungan dan pendianganmu
Karena kau menghampirinya saat hati lapa dan mencarinya
Saat jiwa butuh kedamaian


sahabat adalah bukan orang yang selalu membenarkan apa yang kita katakan, tetapi sahabat adalah orang yang menggelengkan kepala ketika kita salah melangkah. dia ada ketika air di pelupuk mata mengalir lembut, dia adalah bukan orang yang berjalan dibelakang kita, bukan pula orang yang berjalan di depan kita, tetapi dia adalah orang yang berjalan di samping kita, menemani ketika gundah melanda.


sahabat hadir ketika kita membutuhkan bahu untuk besandar, dia tak sekalipun berniat menyakiti, senyum seorang sahabat adalah obat, obat apa??
sahabat mampu menghapus air mata sebanyak apapun, dalam keadaan apapun, dan separah apapun....
tak ada cerita yang tak penting dari seorang sahabat... semua akan dindengar setidakpenting apapun itu, semua akan terasa indah pada waktunya kawan... ketika ada duri di hari-harimu... semua akan ringan ketika kamu mau membicarakannya..

#poem part 4

0 komentar
Jika berkata
Aku adalah titik kecil dilangit lembayung
Terjun menuju tanah kering
Membawa benih cinta yang suci
Menebar bunga dengan aroma nila.
Kadang, dalam sekejap
Aku menjelma sebagai ribuan titik
Menyerbu dataran emas nan gersang
Menyisakan cekungan oasis muda
Menumbuhkan teki kecil
Aku adalah sesuatu yang dinanti
Tapi kadang aku adalah sesuatu yang sangat ditakuti

#poem part 3

0 komentar
Aku kecewa
Ketika buku usang itu terbakar usia
Rapuh, lunglai tak berdaya
Walau menyisakan ilmu, tapi
Kini aku tak bisa lagi melihatnya
Menjinjing meletakannya didada
Membawanya merasakan angin dibawah rerimbun pinus
Memandang cakrawala jingga
Berlari mengejar asa
Tertawa
Kini, kau tahu?
Yang tersisa hanya angan
Menari dipelupuk mata
Ketika kau putuskan untuk pergi
Aku diam
Kukunjungi lagi pinus
Kusapa angin
Ku bicara pada batu abu-abu bisu
Tanpamu, tanpa senyummu

 

Alamanda Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template