malam jumat ditemani purnama yang hampir sempurna aku besama sahabat duduk di teras asrama, malam yang cerah. kami berdua berniat bersajakria untk melepas penat...
arie :
Ku Pergi
Tinggalkan tarian padi di senja jingga
Melambai lembut pada siluet santun di ujung jalan
Perinh..
Setidaknya itu yang kurasa
Ketika kelopak sederhana itu limpung dan terjatuh
Lunglai menyentuh oasis ditengah badai
Tak ada, tak kembali
Taqiya :
Bahkan ketika sorot ini menjadi sayu
Teduhpun tak kutemukan lagi
Bagaikan menjadi lembayung senja tanpa makna
Memandang gemrecik air mengguratkan senyumnya
Hingga aku tertunduk penuh tanda tanya
Mengapa semua ini terasa ganjil?
tak satupun arti yang kudapat dari semua ini
Dan aku masih saja bertanya
Arie :
Tak begitu...
Tak menentu...
Senyuman itu pasi..
Walau aku terus berjibaku memaknainya
Tapi bagaimanapun itu terlalu fana
Bagai batu yang terapung
Kemustahilan...
Begitupun sosokmu, hanya tersimpan pada utopia yang tak berujung
Terasa dekat tetapi sulit untuk mencapainya
Taqiya :
Dan pada akhirnya semua terasa hambar
Benar-benar menyusun sesak dalam bongkahan nuani
Ilalang menyemburatkan tawanya
Sakit yang tak berujung
Menyisakan sesal yang berkepanjangan
Sebenanya apa makna dari setitik perasaan ini??
Sampai kini aku masih bertanya dan entah sampai kapan
Akupun hanya mampu mengaunginya dalam untaian perjalanan panjang
Arie :
Setitik asa ini begitu abstrak untuk didefinisikan
Bahkan kadang kita kelimpungan mencarinya
Darimana datangnya, mengapa...
Tapi begitu saja hadir
Seperti jailangkung
hihihihi
Lho itu kuntilanak yaa??
(hehehe g ada inspirasi)
Taqiya :
Dan aku pun terdiam
Gumpalan tanda tanya bersemayam dalam jiwaku
Entah begitu berkecamuk ku rasa
Benar-benar semuanya terasa bagai buaian
Anganku tak mampu lagi menatap binar matanya
tak sanggup lagi mendengar sepatah katapun yang terucap dari bibir manisnya
meskipun batinku berontak tak rela melihatnya melangkah jauh
sejauh apa yang tak pernah sedikitpun bernaung di relung yang paling dalam
mngkin aku terlalu lemah...
Arie :
Tak mampu?
Bagaimana mungkin?
Bahkan dalam kejapan mata
Garis indah itu ditarik rembulan
Walau hanya setengah badan
Tetapi semua terwakili sudah
Kau pada rasamu
Aku pada rasaku
Bahkan tak sedikitpun aku tahu
Bahwa mungkin rasa kita sama
Bahwa senyum itu palsu
Bahwa cahaya teduh itu sebenarnya milikku
Hanya saja kau terlalu angkuh pada rasamu
Seperti borealis tertutup permadani kelabu
Tak tampak sosoknya yang indah
Taqiya :
Karena semuanya berada dalam satu titik yang berbeda
Semua hanya fatamorgana yang jauh dan teramat jauh
Tak mampu ku raih
Sekedar meaih bayanganpun menjadi keinginan berwujud asa
Kini hanya aku dan bayanganku yang setia temani jejak petualang hidupku
Biarkan dia pergi mengisi sebagian hidupnya dengan beragam arti
Yang akhirnya untuk dia, bukan untukku
Demi dia bukan demi aku
Hanya dia yang tahu
Dan kini senyumnya dalam benakku
Bukan dalam nyataku
Oleh : Arifiartiningsih & Taqiya Nur Fauziah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar