Selasa, 06 Desember 2011

# ilalang sendu

Jatuh cinta……
            Mungkin ini yang sedang aku rasakan, ada selaksa rasa yang pelan-pelan menyusup dalam batinku, berpendar lalu memenuhi ruang rasaku…
            Aku sama sekali tak mengerti saat tiba-tiba aku merasa sangat indah saat aku ada didekatnya, jiwaku yang melelahpun terasa sirna.
            Ini yang pertama, cinta….
            Kuhirup angin senja padang rumput ialang ini, kurasa nyaman..
            Kupejamkan mata dan kurasakan keindahan disetiap hela nafas yang mengiringi alur massaku.
            “Alya..!”
            Aku langsung tahu ini suaranya, suara seseorang yang selama ini menjadi bintang dalam relung jiwaku.
            Aku menoleh dan menatapnya dalam. Seribu rasa menggayuti hatiku, sulit aku pahami satu persatu.
            Aku masih diam ditempatku, tanpa kusadari dia sudah berdiri di hadapanku. Dengan senyumnya yang lembut dia menyapaku.
            “Alya ….? Kenapa begitu? Nggak suka ya aku datang?”
            Aku menatapnya cepat ..
            “Bukan degitu kak.. kalau alya boleh jujur justru sebenarnya alya sangat bahagia kakak datang kesini… sudah satu minggu alya tidak bertemu kakak di kampus alya kangen kak Aldo”
            Kini gantian kak Aldo terdiam, bahkan tersenyum dan sekedar menatapkupun tidak.
            Aku jadi menyesal..
            Apa aku salah ngomong ??
            “sudahlah kita kesana saja..” suara kak aldo memecah keheningan diantara kami berdua. Kak aldo mengajaku berjalan menyusuri bunga-bunga rumput ini.
            Kami berdua berdiri bersama, menatap hamparan luas ialang yang kecoklatan dan terus menari mengikuti irana sang bayu.
            Ini memang tempat favoritku dan kak aldo, sejuk dan damai.
            “Alya.. ini untukmu…” aku tersentak dan menoleh kearah kak aldo. Dia menyodorkan setangkai bunga rumput, yaa bunga ialag, bunga yang sederhana.
            Aku tersenyum kecil
            “terimakasih kak.. ini indah..”
            “aku juga senang jika alya juga suka bunga ialang.. bunga ialang ini bunga tercantik yang pernah aku lihat selama ini. Walaupun bentuknya sederhana.. tapi ini yang aku suka, kecantikan dari dalam..”
            Aku terdiam menatap bunga yang bergoyang lembut dihadapanku, hanya bunga berduri lembut dan berwarna putih panjang, kecantikan dari dalam…
            “Aku akan selalu menyimpan bunga ini.. dan aku berjanji akan selalu menjaga kebersamaan kita.. selamanya…” gumamku seolah pada diri sendiri.
            Kulihat dengan ujung mataku, kak aldo sedang menatapku dengan lembut
            Da berbisik lembut..
            “Tempat ini akan selalu ada alya, jangan pernah lupa ya, dan suatu saat aku berjanji bahwa kita akan bertemu kembali disini… “
            Aku tersenyum simpul mencoba mengaplikasikan kata-kata indah itu dalam otakku.
            “Kak aldo janji??”
            “Ya…. “ jawabnya lembut.
            Dan kami kembali tersenyum, menatap kembali hamparan rumput ialang ini…
            Inilah duniaku…
            Angin terus menyibak daun-daun bunga rumput, eksotik, indah…..menjadikannya seperti menari-nari dengan iringan angin senja.. indah…
            Aku melihat kak aldo dengan wajah tenangnya masih tenggelam dalam bayangannya sendiri, bayangan tentang keindahan, kebahagiaan…
˜d
            Kuharap ini adalah bukan hal terburuk yang aku alami dalam hidupku.
            Saat ini…..
            Tepat lurus didepanku, diruang tamu rumahku, di sudut sofa crem itu… kak aldo sedang membaca diary-ku, catatan tentang kisah dan rasa yang selama ini aku pendam darinya..
            Aldo kakak kelas dalam kampus yang telah berikrar denganku, ikrar sebuah persahabatan… sahabat yang kucintai..
            “Kak aldo…” suaraku bergetar gugup.
            Dia mengangkat wajah, menatapku dengan tenang berbeda sekali denganku yang sudah tak keruan, mungkin mukaku sudah seperti apel merah.
            “Kak aldo baca semuanya…” tanyaku pelan
            “Ya….”
            Dia terlihat sangat tenang.
            “Semua yang ku tulis di buku itu benar kak, aku memang mencintai kak aldo..” aku tertundduk
            “alya..”
            Suara itu membuatku mengangkat wajah.. kak aldo tersenyum
            “Aku tahu perasaan alya tapi, aku minta maaf.. bukanya aku tidak mencintai alya… tapi… aku memang tidak bisa menerima alya…”
            Mataku mengembun… berkaca-kaca
            “kenapa?” tanyaku pelan.
            “saat yang paling indah bagiku adalah, ketika menatap mata alya, dari sana seolah aku bisa mengetahui suasana hati alya, karena mata adalah jendela hati…”
            Aku tak peduli.
            “Kak aldo belum menjawab pertanyaanku tadi, kenapa…?” tanyaku dengan muka memelas.
            “Karena…. Ada yang sudah mengambil hatiku, sejak sebelum aku mengenal alya..”
            Aku bak disambar petir di siang bolong.
            “Ada yang lain…?” gumamku lirih.
            “Ya…” jawabnya tenang.
            Aku tertunduk seketika, aku merasakan satu-parsatu buliran air dari pelupuk mataku pecah membasahi pipiku.
            “Maaf alya… kamu jangan menangis, aku bukan segala-galanya” dia mencoba menenangkanku.
            “aku pulang dulu ya al, sekali lagi maafkan kak aldo ya….” Dia menatapku lembut
            Kak aldo bangkit dari sofa yang didudukinya, aku bangkit mengantarnya hingga sosoknya hilang dibawa sepeda motor hitamnya.
˜d
            Hari yang berat…
            Sangat berat…
            Aku harus melewatinya dengan tegar, pagi ini aku bertemu dengan kak aldo di taman kampus, aku merasa hancur, saat tanpa sengaja, mata kami bertemu… perih itu yang aku rasakan.
            Aku mencoba tenang, aku berpura-pura tak peduli, meski sakit ini masih ada.
            Tatapannya begitu lembut dan tak berujung, membuatku semakin perih, dan tanpa kata ku bergegas maninggalkan dia.
            Dan itu semua peristiwa tiga tahun yang lalu…
            Satu minggu yang lalu, aku menemaninya di rumah sakit, entah sakit apa yang sebenarnya dia derita, tapi yang kuingat adalah ketika ia mengeluh demam, dan kudengar dari keterangan dokter, dia terjangkit demam berdarah.
            Dan dua hari yang lalu dia pergi untuk selamanya, dokter bilang trombositnya semakin menurun, dan dia tidak bisa diselamatkan.
            Aldo….
            Lewat angin kusampaikan salam sapaku. Taukah kamu, bahwa bunga ialang itu juga ikut layu sejak kamu pergi, mereka menangis pilu, sendu…
            Aldo, ini adalah kali pertama aku jatuh cinta dan kali pertama aku patah hati…
            Kamu tahu?
            Sakit sekali, kehilangan yang kita cintai..
            Takdir kita memang indah, kak aldo…
            Berpisah tanpa bersatu, menyakitkan… karena kamu tak mencintaiku..
            Angin lihat air mataku ini… meleleh dan tanpa lelah menyirami hatiku yang gersang…
            Aku terus mengenangnya disini… akulah satu-satunya potongan mozaik yang menyaksikan betapa ialang-ialang itu juga ikut menangis mengiringi kepergian kak aldo, ku dengar suara mereka yang berbaur dengan angin, sendu….
            Aldo…
            Bahasa hatiku hanya kau yang tahu, senandungku tantang dirimu…
-end-
˜by desy luciana, di edit langsung oleh jejak alamanda

            

0 komentar:

Posting Komentar

 

Alamanda Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template