hai hai hai kaifa hal??
buka-buka file semester I nemu sajak, sajak lamaku sajak kerinduan..
Senada dengan lembayung
Hatiku jingga
Senada dengan samudera
Hatiku biru
Kadang terasa menggebu
Kadang terasa sembilu
Hatiku nanar
Menembus jaring-jaring jiwa yang retak
Jatuh terbenam pada dilema
nha sajak sederhana itu kalo nggak salah muncul ketika aku nulis sebuah cerita pendek, kutemukan di balik lembar kuliahku yang penuh coretan :p
ada lagi, kalo yang ini waktu itu aku sedang menunggu waktu pulang dari asrama, pas ramadhan pertama nginep lama di asrama dalam waktu yang panjang...
Tersandar pada irama yang menalu
Jatuh tenggelam dalam riuhnya marawis
Aku hampir saja tak sadar diri
Melepaskan rekat di kelopak mata
Bersama lantunan kalam yang mendayu
Melekat sejuta rasa di hati
Aku ingin pulang...
Menyapa janur hijau melambai
Menghirup aroma kecubung jingga
Menyapa cerahnya mega lembayung
berlari bersama mimpi
Hanya beberapa menit lagi
Beberapa detik lagi
Aku akan segera bersua dengannya
Dengan senyum kerinduan...
Aku rindu...
ketika mimik kecil itu berduyun memanggilku
mbak ari mbak ari
oh, betapa suara yang sungguh ku rindu
kuharap, masih bisa ku bersua
melambai pada bukit tua
itu sajak rindu yang ku tulis ketika aku merasakan rindu yang teramat dalam pada rumah, pada kampung halaman...
back to the day...
hari ini kuliah bahasa arab setelah itu aku menunggu seseorang yang akan menjemputku di barat fakultas ditemani gerimis kecil yang indah dan muncullah sajak dalam otakku...
sejenak...
aku merasakan butir itu jatuh
jauh dari atap merah
lurus, cepat, dan indah
butir itu cepat berubahnya
bergabung dengan butir lain dalam kubang
Menunggu...
ya, aku kembali menunggu
di bawah payung besar berwarna lusuh
ssering, aku ada pada kesendirian ini
tentu bukan yang pertama, kedua, bahkan ketiga
jenuh tak kurasa
bosan tak menerpa
kubangan itu melebar
memenuhi cekungan paving rusak
kulihat satu dua kendaraan melintas
mobil, motor, sepeda
semua berlari
melawan butir indah dari atap biru
sesekali percikan butiran itu mengenaiku
halus dan lembut
ada raut keteduhan kulihat
ketika seseorang menghampiriku
dengan senyum khasnya dia berkata
"maaf lama menunggu"
menunggu adalah hal yang sangat menjenuhkan bagi sebagian orang akupun sering merasakannya tapi entah mengapa ketika aku menunggu seorang sahabat, apalagi ketika ditemani butiran bening jang berjatuhan. aku suka mendongakkan kepala melihatnya jatuh dari atap merah meluncur membentur tanah membaur dengan selaksa kedamaian. Terimakasih ukhti taqiya nur fauziah yang uda rela jemput aku meski ditemani hujan.
terimakasih untuk hari ini Ya Rabb...
jazakillah khair..
halus dan lembut
ada raut keteduhan kulihat
ketika seseorang menghampiriku
dengan senyum khasnya dia berkata
"maaf lama menunggu"
menunggu adalah hal yang sangat menjenuhkan bagi sebagian orang akupun sering merasakannya tapi entah mengapa ketika aku menunggu seorang sahabat, apalagi ketika ditemani butiran bening jang berjatuhan. aku suka mendongakkan kepala melihatnya jatuh dari atap merah meluncur membentur tanah membaur dengan selaksa kedamaian. Terimakasih ukhti taqiya nur fauziah yang uda rela jemput aku meski ditemani hujan.
terimakasih untuk hari ini Ya Rabb...
jazakillah khair..
0 komentar:
Posting Komentar