me and sociologi, lho ada apa diantara aku dan ilmu yang satu ini?? mau tau? cekidoooott..
tantu ada apa-apa ketika aku menulis tentang aku dan sosiologi, yaiyalah secara sekarang ini aku mahasiswi sosiologi getoh, kenapa aku memilih sosiologi?? ceritanya begituu panjang, dan semoga dengan tulisan ini bisa memberikan seklumit pencerahan buat yang mau baca sampe selesei :)
semua bermula ketika aku kelas tiga SMA, waktu itu semua siswa sedang heboh-hebohnya ngobrolin mau lanjut kemana tak terkecuali aku, hebring cari info ngalor-ngidul muter-muter jungkir-balik sana-sini (lho kok jadi lebai gini si rikk).
waktu itu masa dimana aku dilanda galau berkepanjangan, ketika aku harus memilih mau lanjut kemana setelah lulus SMA kegalauan ini bahkan melebihi tantangan Ujian Nasional yang waktu itu mempunyai sistem yang bertambah rumit. yang soalnya lima macam lah yang pake syarat ini itu lah.
ketika itu ada pendaftaran jalur SNMPTN undangan (dulunya PMDK) karena sekolahku termasuk sekolah RSBI jadi setiap kelas memiliki kesempatan untuk mendaftarkan 75% dari jumlah keseluruhan siswa, tapi karena ternyata angkatanku masih SSN jadi yaa cuma 50%, hampir aja nggak masuk tapi dengan izin Allah aku masuk jalur undangan. disini kita berkesempatan memilih enam prodi dari dua perguruan tinggi negeri wooooww langsung hebring mau ambil apa. aku berfikir, meminta saran orang tua, saudara, teman, dll. akhirnya aku abil UNY: PGSD, pend. bahasa inggris, pend. sosiologi dan UNNES: PGSD, pend. sosiologi, pend, Akuntansi bismillah berkas dikirim lewat guru BK. sampai pada saat pengumuman, sore itu aku stand by di depan komputer dari jam lima menunggu pengumuman jam tuju. istirahat, sholat, balik lagi ke depan komputer, hingga tiba waktu pengumuman, dengan mengucap bismillah aku membuka laman resmi SNMPTN, dan tenyata aku belum lolos. seketika sms membanjiri handphone temen-temen pada nanya diterima apa nggak, akupun menanyakan sebaliknya kepada mereka, mereka banyak yang sudah diterima di UI, UNPAD, UGM, UNY, UNNES, dan aku? belum rezekinya (begitulah aku mencoba berdamai dengan rasa tak ikhlas).
SNMPTN undangan berlalu, aku mendaftar SNMPTN tulis sesuai mekanisme yang ditentukan, datang ke bank, dapat pin, dan ngisi data di internet. beralih dari PGSD aku mengambil ujian IPS dan memilih UNNES : pend. sosiologi dan antropologi UNY : pend. bimbingan dan konseling. ............... untuk antisipasi mbakku menyarankanku mendaftar UIN Sunan Kalijaga jalur reguler, aku menerima begitu saja. posisiku pada waktu hari pengumuman sedang berada di bekasi nganter mbah uti ke tempat bulik. aku stand by di depan laptop menanti jam pengumuman, aku diam harap-harap cemas menantinya. ketika pengumuman tiba aku membukanya dengan cara yang sama dengan caraku membuka pengumuman undangan lalu. dan eeng ingg eeeeng, aku belum lolos belum rezeki (kembali berdamai). dan otomatis esok hari aku harus langsung pulang ke wonosobo karena lusa harus mengikuti tes UIN Sunan kalijaga. esok hari aku langsung pulang, sampai wonosobo langsung berangkat ke jogja. beneran suasana hati waktu itu sungguh tak menentu, sudahlah aku pasrah aku masih berusaha berdamai dengan perasaan, mencoba menerima, dan memantapkan hati kalau UIN adalah langkah terakhirku dalam perjuangan ini. sampai di jogja aku masih berusaha mengerjakan soal (yang kebanyakan soal agama) sebisaku saja. aku disarankan mengambil jurusan sosiologi oleh masku, awalnya aku ingin ambil perpustakaan dan komunikasi, tetapi aku menerima saran dari kakakku.
seusai tes itu aku dihadapkan pada penantian yang begitu panjang, melakukan aktivitas rumahan dengan diiringi do'a, berserah diri kepada Allah, memantapkan hati, mengikhlaskan keadaan.
tiba saat hari pengumuman, karena di rumahku tidak ada jaringan internet aku berniat menunggu esok, eh tau tau ada telefon dari mbaknya mbakku yang di jogja, aku diterima, entah kenapa usahaku untuk berdamaii dengan perasaanku seketika rontok, ada seklumit rasa tak ikhlas yang kupaksakan untuk menjadi ikhlas. Alhamdulillah setidaknya aku masih bisa mengucap itu dan memang seharusnya aku mengucap itu.
OK aku diterima di UIN otomatis aku akan kuliah di UIN, dulu sempat ada keinginan untuk kuliah di UIN tapi aku ingin mengambil jurusan PAI tapi dapetnya ini yaa ok aku mencoba menerima. ketika aku menjalani hari-hari menanti daftar ulang, ada sebuah berita mengejutkan. bapak pulang dari kantor desa tergopoh-gopoh membawa amplop putih, beliau memintaku membaca isi surat yang ternyata dari UNNES dengan teliti. dan seketika hatiku yang telah kupaksakan mantap kuliah di UIN goyah dan ambruk. aku diterima sebagai calon mahasiswa cadangan di UNNES,, Ya Allah ada rahasia apa dibalik semua ini? aku berfikir sejenak, memantapkan (lebih tepatnyamemaksakan) hati untuk tetap di UIN, tetapi bapakku memberi saran ya coba lapor diri siapa tau diterima, bapak memang dari dulu menginginkanku kuliah di UNNES. ok aku mau, aku meminta masku mendaftarkan ulang ke website UNNES dan keesokannya adalah pengumuman.
sore itu bapak dan ibu pergi ke bekasi untuk menjemput mbah uti, aku dirumah sendiri, keesokan harinya disaat pengumuman, aku meminta tolong masku untuk membukakan pengumuman di internet, tetapi dia tidak membukanya dan masih menyarankan kepadaku untuk kuliah di UIN. galau tingkat angkasa melanda, aku mengontak temen yang sudah diterima di UNNES mintol untuk membukakan pengumuman, dan hasilnya aku diterima, ya! aku diterima, hatiku meluap, melonjak, senang tentu, bukannya ini yang aku inginkan?
aku mengabari bapak lewat telepon, gimana baiknya, beliau berunding dengan om, dan katanya terserah aku kan sama-sama negeri sama-sama baiknya. wah hatiku berkata UNNES UNNES UNNES keinginanku didukung sepupuku, dia juga menyarankanku untuk kuliah di UNNES, bapak akhirnya juga mengizinkan, huaaaa bahagia, aku mengabari teman-teman yang sudah diterima di UNNES bahwa aku akan segera menyusulnya.
dan semua berubah ketika bapak pulang dari bekasi, pada malamnya aku masih menanyakan untuk memantapkan bolehkan aku kuliah di UNNES, beliau memantapkan BOLEH. tapi paginya ketika beliau sudah transit di rumah om wonosobo, dan menelfon tiba-tiba beliau berubah pikiran aku disuruh kuliah di UIN dengan berbagai alasan. angan yang telah ku bangun tiba-tiba saja ambruk berserakan. tapi aku hanya mampu berkata "nggih" tak ada yang lain, semuanya sudah cukup, aku tak ingin mengombang-ambingkan hatiku, aku akan menerima, mencoba mengikhlaskan, dan melepaskan keinginan yang berujung hanya pada nafsuku belaka.
ok bismillah aku menerimanya, aku kuliah di UIN Sunan Kalijaga. jurusan Sosiologi...
pada awalnya perasaan tak ikhlas hadis menelusup di setiap hariku, negative thinking akan jurusan ini bersarang di kepala, tapi apa aku akan terus begini? terpuruk dalam sangkar besi yang kiciptakan sendiri? TIDAK, aku mulai bangkit, mulai berusaha mencintai sosiologi sebagai bidang yang aku geluti. aku yankin semuanya butuh proses dan aku sedang menjalani proses ini proses untuk menjadi orang yang lebih baik.
tak disangka, disini aku bertemu orang-orang yang sangat luar biasa, lebih dari yang aku kira. akan kuceritakan di lain waktu mungkin :)
semua hanya butuh waktu, proses itu penting, dan aku akan menjalaninya melalui berbagai tantangan di depan, dan AKU PASTI BISA.
Terkadang apa yang menurut kita baik itu belum tentu baik untuk kita, malah terkadang justru itu buruk untuk kita, dan sebaliknya, jadi jangan melihat dengan kacamata kuda, lihatlah secara obyektif agar kita tahu ada sisi lain yang baik untuk kita :)
OK aku diterima di UIN otomatis aku akan kuliah di UIN, dulu sempat ada keinginan untuk kuliah di UIN tapi aku ingin mengambil jurusan PAI tapi dapetnya ini yaa ok aku mencoba menerima. ketika aku menjalani hari-hari menanti daftar ulang, ada sebuah berita mengejutkan. bapak pulang dari kantor desa tergopoh-gopoh membawa amplop putih, beliau memintaku membaca isi surat yang ternyata dari UNNES dengan teliti. dan seketika hatiku yang telah kupaksakan mantap kuliah di UIN goyah dan ambruk. aku diterima sebagai calon mahasiswa cadangan di UNNES,, Ya Allah ada rahasia apa dibalik semua ini? aku berfikir sejenak, memantapkan (lebih tepatnya
sore itu bapak dan ibu pergi ke bekasi untuk menjemput mbah uti, aku dirumah sendiri, keesokan harinya disaat pengumuman, aku meminta tolong masku untuk membukakan pengumuman di internet, tetapi dia tidak membukanya dan masih menyarankan kepadaku untuk kuliah di UIN.
aku mengabari bapak lewat telepon, gimana baiknya, beliau berunding dengan om, dan katanya terserah aku kan sama-sama negeri sama-sama baiknya. wah hatiku berkata UNNES UNNES UNNES keinginanku didukung sepupuku, dia juga menyarankanku untuk kuliah di UNNES, bapak akhirnya juga mengizinkan, huaaaa bahagia, aku mengabari teman-teman yang sudah diterima di UNNES bahwa aku akan segera menyusulnya.
dan semua berubah ketika bapak pulang dari bekasi, pada malamnya aku masih menanyakan untuk memantapkan bolehkan aku kuliah di UNNES, beliau memantapkan BOLEH. tapi paginya ketika beliau sudah transit di rumah om wonosobo, dan menelfon tiba-tiba beliau berubah pikiran aku disuruh kuliah di UIN dengan berbagai alasan. angan yang telah ku bangun tiba-tiba saja ambruk berserakan. tapi aku hanya mampu berkata "nggih" tak ada yang lain, semuanya sudah cukup, aku tak ingin mengombang-ambingkan hatiku, aku akan menerima, mencoba mengikhlaskan, dan melepaskan keinginan yang berujung hanya pada nafsuku belaka.
ok bismillah aku menerimanya, aku kuliah di UIN Sunan Kalijaga. jurusan Sosiologi...
pada awalnya perasaan tak ikhlas hadis menelusup di setiap hariku, negative thinking akan jurusan ini bersarang di kepala, tapi apa aku akan terus begini? terpuruk dalam sangkar besi yang kiciptakan sendiri? TIDAK, aku mulai bangkit, mulai berusaha mencintai sosiologi sebagai bidang yang aku geluti. aku yankin semuanya butuh proses dan aku sedang menjalani proses ini proses untuk menjadi orang yang lebih baik.
tak disangka, disini aku bertemu orang-orang yang sangat luar biasa, lebih dari yang aku kira. akan kuceritakan di lain waktu mungkin :)
semua hanya butuh waktu, proses itu penting, dan aku akan menjalaninya melalui berbagai tantangan di depan, dan AKU PASTI BISA.
Terkadang apa yang menurut kita baik itu belum tentu baik untuk kita, malah terkadang justru itu buruk untuk kita, dan sebaliknya, jadi jangan melihat dengan kacamata kuda, lihatlah secara obyektif agar kita tahu ada sisi lain yang baik untuk kita :)
0 komentar:
Posting Komentar