Aku ingat, pertama kali aku mengenalmu adalah ketika aku mengenakan seragam putih biru. Kau, gadis mungil pendiam, namun menghanyutkan. Aku ingat, tahun pertama kau sudah menunjukkan sebuah perjuangan yang membuatku tercengang. semenjak kau menduduki juara kelas dan posisiku bergeser dari tiga menuju tujuh, aku sudah mulai dekat denganmu. Kau selalu saja mengajakku pergi ke perpustakaan sekolah kala istirahat dan jam kosong, walaupun sering kali aku menolaknya hanya karena iming-iming jajan ke kantin dan ngobrol dengan teman sekelas.
Aku sering berkaca padamu, pada mawar yang semakin mekar. Kau selalu saja berkembang dan aku terus tertatih mengikutimu. Ingatkah kamu saat kita berdua duduk di sebuah batu belakang kelas 1 A, kau menceritakan tentang seorang sahabat yang katamu begitu dekat denganmu, tapi Allah begitu menyayanginya dan memanggilnya terlebih dulu. Eri namanya. Kau bilang dia begitu mirip denganku. Dan betapa semua sudah ditulis oleh Yang Maha Menentukan, aku pun pernah bertemu denganya, sewaktu lomba beberapa kali. aku kira kamu benar, dia memang gadis yang begitu baik.
Bagiku kau adalah gadis dengan semangat baja, tak pernah tanggung dalam melangkah. Begitu aku dekat denganmu, semenjak itu pula aku mencuri segala sesuatu darimu. Kau selalu saja ikhlas dan rela. Kau yang selalu mengajakku pergi ke perpustakaan, kau yang mengajariku membaca langit. Di sudut ruang dengan ubin hitam dengan buku fisika keramat di tangan, aku tahu kau juga mengagumi langit, bukankah benar begitu?
Bagiku, sahabat bukan berarti harus selamanya bersama. Pendidikan memisahkan kita, namun bukan hati. kau, yang sudah terbiasa memendam rindu pada orang tua dan adikmu, kau yang terbiasa menitih air mata ketika mengingat mereka. Tapi itu tak pernah menjadi alasan untukmu berhanti belajar, semangatmu dalam perjuangan ini membuatku malu. Aku yang selalu bersama keluarga, bahkan tertinggal jauh di belakangmu. kau tahu kawan? kita berpisah dengan prestasi dan aku yakin kita akan berjumpa dengan hal itu juga.
Kau adalah pelopor, kau berani mengambil keputusan yang mungkin terlihat sulit bagi orang di sekitarmu. tetapi kau telah membuktikan dan membuat mata mereka terbuka lebar. Kau sudah kebal dengan desas-desus memekikkan telinga, mereka ingin melemahkanmu, atau mungkin mereka hanya iri kepadamu, hah sepertinya begitu. namun kau mengubur semua itu, bahkan kau membuktikan pada mereka kau bisa dengan caramu.
Sungguh perjalanan hidupmu begitu terjal, kau datang dan pergi dengan menggenggam duri. bahkan sering kali duri-duri itu menyakitimu. aku tahu kau kadang menangis kala gelap menyapa. namun kau selalu menyembunyikannya dariku bukan?
kau pernah bertanya padaku
"negeri mana yang ingin kau kunjungi, ari?"
"jepang" jawabku
"kamu?"
"belanda, aku ingin ke negeri kincir angin dan bunga tulip itu ari"
Aku melihat pancaran tajam dari bola matamu, pancaran keyakinan yang begitu kuat. aku belum pernah melihatnya pada mata yang lain. Dan lagi-lagi kau tahu kawan? seiring waktu berputar aku melupakan mimpimu itu, mimpi yang bahkan lebih kuat dari apapun. Hingga aku jatuh hati pada negerimu itu, kau tahu? aku ingin menjejak langkah pada tanah tulip itu. Belanda kawan, Holland, Netherland. Entah mengapa, mimpi ini begitu kuat di dalam sini <3.
Perjuanganmu saat ini adalah lahan yang kau taburi dengan mimpi yang luar biasa. aku yakin apa yang akan kau tuai lebih dari apa yang kau bayangkan. Keterbatasan yang kau hadapi sekarang bahkan akan menyerah padamu. Aku tidak tahu pasti bagaimana keadaanmu saat ini. yang pasti, aku selalu berdoa untukmu, untuk kebaikanmu, dan untuk kekuatanmu.
tunggu aku di bawah kincir angin dan hamparan tulip, kawan. kita akan berjumpa disana.
ari
Selasa, 16 April 2013
Jumat, 12 April 2013
Drizzle
Hujan,
Aku berbicara pada bayu sore ini
Tentang langit senja yang menerbangkan layang-layang
Padanya aku mengadu sendu
Sembab seperti warnanya yang kelabu
Hujan.
Tiba-tiba saja dia datang
Menyerbu mengepungku
Ah, apa ini?
Seperti bukan diriku
06 April 2013
Gerimis mengundang
Memantul taah berdetik lembut
Satu, dua, tiga, dan seterusnya
Mengalun melodi kidung asmara
Aku rindu, betapapun..
Aku merasa begitu rindu.
Arie
Langganan:
Postingan (Atom)